Departemen Perhubungan memilih Kota Bogor sebagai kota percontohan pembenahan sistem transportasi umum. Berkaitan dengan itu, selain operasional angkutan kota (angkot) dilakukan penggiliran, juga bahan bakar angkot akan diubah dari bensin menjadi gas.
Hal tersebut terungkap ketika rombongan puluhan peserta workshop pembenahan transportasi dan biodiesel berkunjung ke Kota Bogor, Kamis (23/4) pagi. Workshop tersebut difasilitasi Ditjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan dan JICA. Rombongan dipimpin Direktur Bina Sistem Transportasi Perkotaan Ditjen Perhubungan Darat, Elly Sinaga, untuk melihat perusahaan pengelola biodiesel untuk bus Trans Pakuan.
Elly Sinaga mengatakan, Kota Bogor dipilih antara lain karena Dinas Perhubungan dan Komunikasi Informatika Kota Bogor sudah memiliki rencana dan acuan perubahan sistem transportasi umum. "Sekarang desain besar bentuk pembenahannya sedang dibuat. Yang membuatnya GTZ, sebuah perusahaan konsultan nirlaba dari Jerman. Ahli-ahlinya dari mereka, tapi mereka harus membuat atau mendesain sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kita," katanya.
"Dana yang dibutuhkan adalah 3 juta uero untuk tahap atau tahun pertama. Ditargetkan selama tiga tahun dan dana itu adalah hibah. Kalau bukan hibah, saya tidak mau," sambung Elly.
Langkah awalnya pembenahan sistem trasportasi itu adalah mengubah penggunaan bahan bakar angkot dari bensin ke bahan bakar gas. Pemilik angkot tidak akan dikenakan biaya pemasangannya karena GTZ akan memasangkannya secara gratis. "Tabung gasnya harus beli sendiri. Satu unitnya Rp 15 juta. Tabung gas ini masih impor, termasuk yang sekarang dipakai pada taksi-taksi di Jakarta," katanya.
Untuk memudahkan sopir angkot untuk mendapat gas, lanjut Elly, akan dibangun dua stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) yang lokasinya ada di jalur lintasan angkot.
Selain perubahan bahan bakar angkot, Pemkot Bogor sebagai kota percontohan perubahan sistem transportasi umum akan diberi bantuan alat untuk menghisap karbon (C02), yang dipasang pada kendaraan. "Untuk program ini, dapat bantuan dari Australia," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan dan Informatika Telematika Achmad Syarief mengatakan, pada tahap pertama akan ada 1.000 angkot yang diubah menjadi angkot berbahan bakar gas. "Alat dan pemasangannya gratis. Tidak benar hanya gratis pemasangannya saja. Kalau alat atau tabungnya mesti beli, saya tidak mau. Uang untuk belinya dari mana?" katanya.
Menurut Syarief, pihak PT Lintas Indonergi, perusahaan pemasok gas, saat pemaparannya mengatakan semua peralatan dan pemasangannya gratis. Untuk angkot semaunya gratis. "Yang bayar itu kalau dipasang di kendaraan dinas pemkot. Tabungnya mesti beli sendiri, harganya antara Rp 10 juta sampai Rp 15 juta," katanya.
Sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2009/04/23/21415046/Kota.Bogor.Proyek.Percontohan.Pembenahan.Transportasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar